Minggu, 06 April 2014

EJAAN BAHASA INDONESIA



 PENGERTIAN EJAAN
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata dan bagaimana menggabungkan kata-kata.

MACAM-MACAM EJAAN
      1.      Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947. Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
1.      Huruf /u/ ditulis /oe/.
2.      Komahamzah /k/ ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’, ta’.
3.      Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf /a/ mendapat akhiran /i/, maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”).
4.      Huruf /c/ yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya.
5.      Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda).
6.      Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
·         Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila).
·         Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit).
·         Dipisahkan, misalnya (anaknegeri).
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.

      2.      Ejaan Republik / Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
1.      Huruf /oe/ dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada /u/.
2.      Tanda trema pada huruf /a/ dan /i/ dihilangkan dinamai’ menjadi dinamai.
3.    Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan /k/ misalnya kata’ menjadi katak.
4.   Huruf /e/ keras dan /e/ lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.
5.      Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Contohnya:
a)      Berlari-larian
b)      Berlari2-an
6.      Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara.
Contohnya:
a)      Tata laksana
b)      Tata-laksana
c)      Tatalaksana
7.   Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan /e/ lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan /e/ lemah, misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
8.  Awalam ‘di-‘ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan ‘di’ yang menunjukan kata keterangan tempat pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengna imbuhan ‘di-‘ yang menunjukan kata kerja pada dibeli, dimakan.

      3.      Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan / EYD
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
1.      Pemakaian Huruf
·         Huruf Abjad
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y dan Z.
·         Huruf Vokal
A, I, U, E dan O.
·         Huruf Konsonan
B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, T, V, W, X, Y dan Z.
·         Huruf diftong
ai, au, dan oi.
·         Gabungan Huruf Konsonan
kh, ng, ny, dan sy.
·         Pemenggalan Kata
a)      Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
1)  Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Contoh:
Au-la         bukan              a-u-la
Sau-dara    bukan              sa-u-da-ra
2)   Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Contoh:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, dll.
3)   Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Contoh:
man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk, dll.
4) Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Contoh:
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las.
b)  Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Contoh:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah.
c)   Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah a1, a2, a3 dan a4.
Bio-grafi, bi-o-gra-fi
Foto-grafi, fo-to-gra-fi
Intro-speksi, in-tro-spek-si

2.      Penulisan Huruf
·         Huruf Kapital atau Huruf Besar
o   Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat. Contoh:
Apa maksudnya?
Dia mengantuk.
o   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat”.
o Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
o  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.
o   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian.
o  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah.
o    Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh:
Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
o   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
o     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas.
o   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan. Contoh:
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
o   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Repulik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
o   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
o   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Contoh:
Prof.          Professor
Tn.             Tuan
o  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Contoh:
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok.
o     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Contoh:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.

·         Huruf Miring
o   Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.Misalnya:
majalah Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Rakyat.
o   Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia buka menipu, tetapi ditipu.
o   Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

3.      Penulisan Kata
·         Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.

·         Kata Turunan
bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan

·         Kata Ulang
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupukupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang.

·         Gabungan Kata
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, astaghfirullah, bagaimana, barangkali.

·         Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Ia datang dari Surabaya kemarin.

·         Kata si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

·         Partikel
o Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Bacalah buku baik-baik.
o     Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

·         Singkatan dan Akronim
o   Singkatan
Muh. Yamin                      Muhammad Yamin
M.Sc.                                 master of science
KTP                                   kartu tanda penduduk
dll.                                     dan lain-lain.
Kg                                     kilogram

o   Akronim
Bappenas               Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Pemilu                   pemilihan umum

·         Angka dan Lambang
o   Angka
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,...
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X,...
0,5 sentimeter
1 jam 20 menit
Rp 5.000,00
Jalan Tanah Abang I No. 15

o   Lambang
Dua belas                          12
Seratus persen                   100%
Tiga perempat                   ¾

4.      Penulisan Unsur serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l’axplanation de l’homme. Unsur-unsur yang dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Berikut ini disajikan beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan adaptasi:
·         ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
Haemoglobin        hemoglobin
Haematite             hematite

·         ai tetap ai
Trailer                   trailer
Caisson                 kaison

·         e, di muka a,u, o dan konsonan, menjadi k
Construction        konstruksi
Crystal                 Kristal
Classification       klasifikasi
Caupe                   kup

·         c, di muka e,I,oe, dan y, menjadi s
Central                sentral
Cylinder              silinder
Ceolom               selom

·         cc, di muka o,u, dan konsonan, menjadi k
Accommodation    akomodasi
Acculturation         akulturasi
Accumulation        akumulasi

·         cch dan ch, di muka a,o,dan konsonan, menjadi k
Charisma               karisma
Chromosome         kromosom

·         ch, yang lafalnya c menjadi c
Chek                    cek
China                   cina

·         ee (belanda) menjadi e
Statosfeer           statosfer

·         ph, menjadi f
Phase                 fase
Photocopy         fotokopi

·         q menjadi k
Aquarium           akuarium
Equator               ekuator

5.      Penggunaan Tanda Baca
·         Tanda Titik (.)
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :
a.   Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan yang bukan berupa kalimat tanya atau kalimat seruan. Contoh :
Saya beragama islam.
Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia.
b.    Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar. Contoh :
4.1 Pembahasan Lampiran
c.    Tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu. Contoh :
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d.    Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Contoh :
Lesatariningrum, Dwi. 1989. Teknik Menjahit. Malang: Intan.

·         Tanda Koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:
1.   Tanda baca koma (,) digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu perincian. Contoh:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
2.  Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan. Contoh:
Semua pergi, tetapi dia tidak.
Dia bukan kakakku, melainkan adikku.
3.   Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk kalimat. Contoh:
Jika hari ini tidak hujan, saya akan datang.
4.  Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya. Contoh:
Saya akan memaafkan, jika ia bertobat.
5.  Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh:
Dia malas belajar. Oleh karena itu, dia tidak naik kelas.

·         Tanda Titik Koma (;)
1.     Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara. Contoh: 
Matahari hamper terbenam; sinarnya yang kemerah-merahan; memantul di atas permukaan laut; indah sekali pemandangan ketika itu.
2.  Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh:
Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ayah sedang membaca Koran; ibu menjahit baju; saya asyik membersihkan taman di depan rumah.

·         Tanda Titik Dua (:)
1.      Digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan perincian. Contoh:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Imam Tantowi
2.    Digunakan di anatara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat di dalam kitab suci, di antara judul dan sub judul, serta nama kata dan penerbit buku acuan. Contoh:
Tempo, I (1971). 34:7
Surat Yasin:19
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

·         Tanda Hubung (-)
1.   Digunakan untuk merangkaikan se-dengan kata berikutnya yang di dimulai dengan huruf capital, ke- dengan angka, angka dengan- an, singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap. Contoh:
Se-Indonesia
hadiah ke-2
tahun 50-an
Menteri-Sekretaris-Negara
sinar-X
Men-PHK-kan
2.      Digunakan untuk merangkai bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contoh:
di-smash, di-drill, mem-beckup, di-carge

·         Tanda Pisah (–)
Tanda pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke“ atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah (–) dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Contoh:
1920—1945
Tanggal 15—10 April 19970
(Samsudin), 1999:25—34
Samsudin (1999:25—34)

·         Tanda Elipsis (…)
Tanda ini digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang hilang. Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa…atau diteliti lebih lanjut.

·         Tanda Kurung ((…))
Tanda ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
1.     Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh:
Dalam buku KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Bab II pasal 10.
2.  Digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Contoh:
Aku (sebuah puisi karangan Chairul Anwar) adalah puisi angkatan 45.

·         Tanda Tanya (?)
Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang membutuhkan jawaban. Contoh:
Siapa yang membawa tas saya ?

·         Tanda Seru (!)
Tanda ini digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Contoh: 
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Ambilkan buku itu!
Duduklah!
Dasar mata keranjang!

·         Tanda Kurung Siku ( [] )
Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh: 
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat halaman 67-89])

·         Tanda Petik (“…..”)
Tanda petik digunakan untuk mengakhiri petikan langsung . Contoh:
Kata Toto,”Saya juga berpuasa.”
“Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia”(Imran,1998)

·         Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh:
Mastery Learning ‘belajar tuntas’
Reformasi ‘perubahan’
Keplicuk ‘dalam Bahasa Indonesia disebut terkilir’
Islami ‘bernuansa islam’

·         Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua tahun takwim. Contoh:
14/YPU-i/12/99
Jalan Kramat III/10 Jakarta
Tahun Anggaran 1985/19986

·         Tanda Apostrof (‘)
Tanda ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk menunjukan penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun. Contoh:
malam ‘lah tiba (‘lah = telah) 
1 Januari ’88 (’88 = 1988)



Kelompok 5 | 3KA06
Auda Indah Rianti                  (19111188)
Citra Ayu Rimamelati             (11111671)
Rian Anjasfani                        (16111093)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar