PENGERTIAN EJAAN
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca,
bagaimana memotong-motong suatu kata dan bagaimana menggabungkan kata-kata.
MACAM-MACAM EJAAN
1.
Ejaan
Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa
menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947. Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van
Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk
menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda,
yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
1.
Huruf /u/ ditulis /oe/.
2.
Komahamzah /k/ ditulis dengan tanda (’) pada
akhir kata misalnya bapa’, ta’.
3.
Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf /a/
mendapat akhiran /i/, maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”).
4.
Huruf /c/ yang pelafalannya keras diberi tanda
(’) diatasnya.
5.
Kata ulang diberi angka 2, misalnya: janda2
(janda-janda).
6.
Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
·
Dirangkai menjadi satu, misalnya
(hoeloebalang, apabila).
·
Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya,
(rumah-sakit).
·
Dipisahkan, misalnya (anaknegeri).
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya
seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata,
bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada
masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
2.
Ejaan
Republik / Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam
surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A
tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem
ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
1.
Huruf /oe/ dalam ejaan Van Ophuysen berubah
menada /u/.
2.
Tanda trema pada huruf /a/ dan /i/ dihilangkan dinamai’
menjadi dinamai.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma
hamzah ditulis dengan /k/ misalnya kata’ menjadi katak.
4. Huruf /e/ keras dan /e/ lemah ditulis tidak
menggunakan tanda khusus, misalnya ejaan, seekor,
dsb.
5.
Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan
dua cara.
Contohnya:
a)
Berlari-larian
b)
Berlari2-an
6.
Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan
tiga cara.
Contohnya:
a)
Tata laksana
b)
Tata-laksana
c)
Tatalaksana
7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak
menggunakan /e/ lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan
/e/ lemah, misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
8. Awalam ‘di-‘ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan ‘di’ yang
menunjukan kata keterangan tempat pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengna imbuhan ‘di-‘ yang
menunjukan kata kerja pada dibeli,
dimakan.
3.
Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan / EYD
Pada tanggal 16 Agustus 1972
Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia.
Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu
dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua),
menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan
surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.
1.
Pemakaian Huruf
·
Huruf Abjad
A,
B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y dan Z.
·
Huruf Vokal
A,
I, U, E dan O.
·
Huruf Konsonan
B,
C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, T, V, W, X, Y dan Z.
·
Huruf diftong
ai, au, dan oi.
·
Gabungan Huruf Konsonan
kh, ng, ny, dan sy.
·
Pemenggalan Kata
a) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan
sebagai berikut.
1) Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan,
pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Contoh:
Au-la bukan a-u-la
Sau-dara bukan sa-u-da-ra
2) Jika di tengah kata ada huruf konsonan,
termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan
dilakukan sebelum huruf konsonan. Contoh:
ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, dll.
3) Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. gabungan
huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Contoh:
man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk, dll.
4) Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan
atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan
huruf konsonan yang kedua. Contoh:
in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las.
b) Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk
awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis
serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Contoh:
makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah.
c) Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu
unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan
dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu
sesuai dengan kaidah a1, a2, a3 dan a4.
Bio-grafi, bi-o-gra-fi
Foto-grafi, fo-to-gra-fi
Intro-speksi, in-tro-spek-si
2.
Penulisan Huruf
·
Huruf Kapital atau Huruf Besar
o Huruf kapital atau huruf besar dipakai
sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat. Contoh:
Apa maksudnya?
Dia mengantuk.
o
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh:
Adik bertanya, “Kapan
kita pulang?”
“Besok pagi,” kata ibu,
“dia akan berangkat”.
o Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
o Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi
Ibrahim.
o Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Contoh:
Wakil Presiden Adam
Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana Muda Udara
Husein Sastranegara, Sekretaris
Jenderal Departemen Pertanian.
o
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim
Perdanakusumah.
o
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh:
Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris
o
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah. Contoh:
tahun Hijriah,
tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan,
hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
o
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh:
Asia Tenggara,
Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon,
Danau Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah
Arab, Kali Brantas.
o
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.
Contoh:
Badan Kesejahteraan
Ibu dan Anak; Keputusan Presiden Republik Indonesia,
Nomor 57, Tahun 1972.
o
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi. Contoh:
Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang
Dasar Repulik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
o
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan,
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak
pada posisi awal. Contoh:
Saya telah membaca buku Dari
Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas
Hukum Perdata”.
o
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan. Contoh:
Prof. Professor
Tn. Tuan
o Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan. Contoh:
Surat Saudara sudah saya
terima.
“Silakan duduk, Dik!”
kata Ucok.
o
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Contoh:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami
terima.
·
Huruf Miring
o
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.Misalnya:
majalah Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama karangan
Prapanca, surat kabar Suara Rakyat.
o Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia buka menipu, tetapi ditipu.
o Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya. Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
3.
Penulisan Kata
·
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai
satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
·
Kata Turunan
bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,
penghancurleburan
·
Kata Ulang
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata,
hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupukupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia,
gerak-gerik hura-hura, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur,
centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang.
·
Gabungan Kata
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat
luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, Alat pandang-dengar, anak-istri saya,
buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, Alat pandang-dengar,
anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan,
astaghfirullah, bagaimana, barangkali.
·
Kata Depan di,
ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
·
Kata si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
·
Partikel
o Partikel
-lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku baik-baik.
o
Partikel
pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Apa pun yang dimakannya, ia
tetap kurus.
·
Singkatan dan Akronim
o Singkatan
Muh. Yamin Muhammad Yamin
M.Sc. master of
science
KTP kartu tanda
penduduk
dll. dan lain-lain.
Kg kilogram
o Akronim
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Pemilu pemilihan
umum
·
Angka dan Lambang
o Angka
1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,...
I,
II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X,...
0,5 sentimeter
1 jam 20 menit
Rp 5.000,00
Jalan Tanah Abang I No. 15
o Lambang
Dua
belas 12
Seratus
persen 100%
Tiga
perempat ¾
4. Penulisan
Unsur serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia
menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari
bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya
terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock,
l’axplanation de l’homme. Unsur-unsur yang dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur
pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk
Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Berikut
ini disajikan beberapa kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan adaptasi:
·
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
Haemoglobin hemoglobin
Haematite hematite
·
ai tetap ai
Trailer trailer
Caisson kaison
·
e, di muka a,u, o dan konsonan, menjadi k
Construction konstruksi
Crystal Kristal
Classification klasifikasi
Caupe kup
·
c, di muka e,I,oe, dan y, menjadi s
Central sentral
Cylinder silinder
Ceolom selom
·
cc, di muka o,u, dan konsonan, menjadi k
Accommodation akomodasi
Acculturation akulturasi
Accumulation akumulasi
·
cch dan ch, di muka a,o,dan konsonan, menjadi
k
Charisma karisma
Chromosome kromosom
·
ch, yang lafalnya c menjadi c
Chek cek
China cina
·
ee (belanda) menjadi e
Statosfeer statosfer
·
ph, menjadi f
Phase fase
Photocopy fotokopi
·
q menjadi k
Aquarium akuarium
Equator ekuator
5.
Penggunaan Tanda Baca
·
Tanda Titik (.)
Ada
beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :
a. Tanda baca titik (.) digunakan untuk
mengakhiri kalimat yang bukan yang bukan berupa kalimat tanya atau kalimat
seruan. Contoh :
Saya
beragama islam.
Hakikat
pendidikan adalah memanusiakan manusia.
b. Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang
angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau daftar. Contoh :
4.1
Pembahasan Lampiran
c. Tanda baca titik (.) digunakan untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu. Contoh :
pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20
detik)
d. Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru,
dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Contoh :
Lesatariningrum,
Dwi. 1989. Teknik Menjahit. Malang: Intan.
·
Tanda Koma (,)
Kaidah-kaidah
penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:
1. Tanda baca koma (,) digunakan di antara
unsur-unsur dalam suatu perincian. Contoh:
Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
2. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan
kalimat setara, apabila kalimat setara berikutnya diawali kata tetapi atau
melainkan. Contoh:
Semua
pergi, tetapi dia tidak.
Dia
bukan kakakku, melainkan adikku.
3. Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak
kalimat mendahului induk kalimat. Contoh:
Jika
hari ini tidak hujan, saya akan datang.
4. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan
anak kalimat jika anak kalimatnya itu mendahului induk kalimatnya. Contoh:
Saya
akan memaafkan, jika ia bertobat.
5. Tanda baca koma (,) digunakan di belakang
ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Contoh:
Dia
malas belajar. Oleh karena itu, dia tidak naik kelas.
·
Tanda Titik Koma (;)
1. Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis atau setara. Contoh:
Matahari
hamper terbenam; sinarnya yang kemerah-merahan; memantul di atas permukaan
laut; indah sekali pemandangan ketika itu.
2. Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh:
Sore
itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ayah sedang membaca
Koran; ibu menjahit baju; saya asyik membersihkan taman di depan rumah.
·
Tanda Titik Dua (:)
1.
Digunakan sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan perincian. Contoh:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Imam Tantowi
2. Digunakan di anatara jilid atau nomor dan
halaman, di antara bab dan ayat di dalam kitab suci, di antara judul dan sub
judul, serta nama kata dan penerbit buku acuan. Contoh:
Tempo,
I (1971). 34:7
Surat
Yasin:19
Karangan
Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
·
Tanda Hubung (-)
1. Digunakan untuk merangkaikan se-dengan kata
berikutnya yang di dimulai dengan huruf capital, ke- dengan angka, angka
dengan- an, singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan
rangkap. Contoh:
Se-Indonesia
hadiah
ke-2
tahun
50-an
Menteri-Sekretaris-Negara
sinar-X
Men-PHK-kan
2.
Digunakan untuk merangkai bahasa Indonesia
dengan bahasa asing. Contoh:
di-smash,
di-drill, mem-beckup, di-carge
·
Tanda Pisah (–)
Tanda
pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke“
atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah (–) dinyatakan dengan dua buah
tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Contoh:
1920—1945
Tanggal
15—10 April 19970
(Samsudin),
1999:25—34
Samsudin
(1999:25—34)
·
Tanda Elipsis (…)
Tanda
ini digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang hilang. Contoh:
Sebab-sebab
kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa…atau diteliti lebih lanjut.
·
Tanda Kurung ((…))
Tanda
ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan
atau penjelasan. Contoh:
Dalam
buku KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Bab II pasal 10.
2. Digunakan untuk mengapit keterangan atau
penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Contoh:
Aku
(sebuah puisi karangan Chairul Anwar) adalah puisi angkatan 45.
·
Tanda Tanya (?)
Tanda
tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang membutuhkan
jawaban. Contoh:
Siapa
yang membawa tas saya ?
·
Tanda Seru (!)
Tanda
ini digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat. Contoh:
Alangkah
seramnya peristiwa itu!
Ambilkan
buku itu!
Duduklah!
Dasar
mata keranjang!
·
Tanda Kurung Siku ( [] )
Tanda
ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung. Contoh:
Persamaan
kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat halaman 67-89])
·
Tanda Petik (“…..”)
Tanda
petik digunakan untuk mengakhiri petikan langsung . Contoh:
Kata
Toto,”Saya juga berpuasa.”
“Hakikat
pendidikan adalah memanusiakan manusia”(Imran,1998)
·
Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda
ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata atau
ungkapan asing. Contoh:
Mastery
Learning ‘belajar tuntas’
Reformasi
‘perubahan’
Keplicuk
‘dalam Bahasa Indonesia disebut terkilir’
Islami
‘bernuansa islam’
·
Tanda Garis Miring (/)
Tanda
garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua tahun takwim. Contoh:
14/YPU-i/12/99
Jalan
Kramat III/10 Jakarta
Tahun
Anggaran 1985/19986
·
Tanda Apostrof (‘)
Tanda
ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk menunjukan
penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun. Contoh:
malam
‘lah tiba (‘lah = telah)
1
Januari ’88 (’88 = 1988)
Kelompok 5 | 3KA06
Auda Indah Rianti (19111188)
Citra Ayu Rimamelati (11111671)
Rian Anjasfani (16111093)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar